BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tak pernah terbayangkan oleh kita, Indonesia pernah mempunyai seorang presiden yang buta secara fisik dan pernah mengalami stroke. Tak terfikirkan pula oleh kita, pernah pimpin oleh sosok pria tambun nan lucu yang lebih doyan membuat banyolan-banyolan dalam pidatonya dari pada menuruti etiket protokoler kenegaraan. Itulah Indonesia, negara Muslim terbesar dunia dengan penduduk lebih dari 220 juta, pernah mempunyai seorang pemimpin yang secara fisik jauh dari sempurna, namun memiliki otak brilian, berhati emas, punya prinsip yang kokoh, serta mencintai rakyatnya sepenuh hati.
Dialah Abdurrahman Wahid Addakhil, atau lebih akrab disapa dengan Gus Dur yang pernah menorehkan tinta emasnya dalam sejarah bangsa Indonesia, bahkan dunia, sebagai sosok pemimpin yang dicintai pengikutnya dan disegani oleh lawan-lawan politiknya.
Dengan segala ide-ide kontroversialnya, sikap-sikapnya yang tidak dapat diduga, serta model kepemimpinan super ekstraordinary, Gus Dur memimpin negari ini dari 1999 sampai 2001 sebelum akhirnya harus lengser oleh persekongkolan para politisi haus akan kekuasaan. Walaupun memerintah hanya dalam waktu yang sangat singkat, Gus Dur telah melakukan perubahan besar dengan mengantarkan negeri ini menjadi salah negara kampium demokrasi dunia. Gus Dur telah berhasil menghindarkan Indonesia dari konflik berkepanjangan yang disebabkan oleh fanatisme agama, etnis, dan golongan. Sebelum menjadi presiden, Gus Dur adalah seorang yang gigih dalam memperjuangkan demokrasi dan menentang pemerintahan otoriter Orde Baru. Dialah sang pemimpin Islam progresif yang secara gigih mengkontekstualisasikan nilai-nilai demokrasi Islam di Indonesia. Ketika menjadi ketua Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur banyak membuat gebrakan dengan mengubah image NU dari organisasi tradisional menjadi organisasi modern dan progresif.
Setelah turun dari jabatan presiden, Gus Dur masih tetap aktif dalam banyak organisasi internasional dan aktifitas lain dalam dunia internasional. Beliau pernah menjadi pimpinan dari The World Conference on Religion dan Peace (WCRP) yang berpusat di New York (1994-1998). Setelah turun dari jabatan Presiden Indonesia (1999-2001), beliau menjadi ketua Association of Moslem Community Leaders (AMCL), New York (2002). Belau juga menjadi presiden kehormatan The International Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction (IICORR) yang bermarkas di London, Inggris. Selain itu, Gus Dur juga menjadi anggota dari International Advisory Board of the International and Inter-religious Federation for World Peace (IIFWP), New York, USA. Ia juga bagian dari International Board of International Strategic Dialogue Center, Netanya University, bersama dengan Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt (Bahar 1999). Sebagian besar aktifitas Gus Dur adalah berhubungan dengan isu-isu kemanusiaan, perdamaian, pluarlisme dan hak asasi manusia.
Sebagai seorang kepala negara, ketua NU, dan juga ketua dari beberapa organisasi internasional, karakter kepemimipinan Gus Dur unik dan susah untuk didefinisikan. Ketika menjadi ketua PB NU, dengan segala atribut keistimewaan sebagai cucu pendiri NU, Hasyim Asy’ari, yang kharismatik, Gus Dur malah lebih menekankan semangat egalitarianisme, progresifitas dan antifeodalisme. Oleh sebagian besar para pengikutnya di NU, Gus Dur dianggap sebagai waliyullah (kekasih Allah) yang mempunyai banyak keistimewaan dan kharisma, akan tetapi, beliau justru tidak memperdulikan hal tersebut dan malah mengajak ummatnya untuk berfikir rasional. Dalam setahun menjabat sebagai Presiden RI, Gus Dur telah berhasil mendesakralisasi istana dengan mengajak para kyai tradisional, seniman, dan rakyat bertandang ke istana dengan menggunakan sandal jepit dan kain sarung.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana gaya kepemimpinan Gusdur?
b. Nilai-nilai apa saja yang bisa di ambil dari sosok gusdur yang begitu fenomenal?
c. Bagaimana Tipologi Kepemimpinan Gusdur
BAB II
PEMBAHASAN
A. GUSDUR PEMIMPIN SEDERHANA DAN BERKARAKTER
Gus Dur telah mengajarkan bangsa Indonesia mengenai banyak hal terkait mulai hubungan agama (Islam) dengan negara, toleransi antarumat beragama hingga persamaan hak sebagai warga negara.
Selain itu, Gus Dur juga mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan pendapat, menghilangkan diskriminasi berdasarkan ras dan agama serta mewujudkan kemandirian bangsa dalam arti luas. Semasa hidupnya Gusdur banyak memberikan nilai-nilai inspirasi kepemimpinan.
Ilmu 1, Rendah Hati
Ilmu pertama yang kita dapatkan dari seorang Gus Dur adalah kerendahan hati. Gus Dur adalah seorang keturunan darah biru (ningrat). Ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah putera KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Ormas NU dan Pesantren Tebu Ireng Jombang. Namun, Gus Dur tidak pernah sombong dengan hal itu. Ketokohan dan kepopuleran Gus Dur bukan karena ia sudah terlahir sebagai cucu tokoh besar Indonesia, namun karena proses yang begitu panjang dalam hidupnya.
Karakternya sebagai pemimpin yang rendah hati sudah terbentuk sejak ia masuk Pesantren Tambakberas, Jombang tahun 1956. Bersama santri-santri lainnnya, ia mengalami hal yang sama dalam proses belajar, tidak ada perbedaan. Hal itulah yang Gus Dur bawa kemanapun dan mudah diterima oleh siapa saja.
Pemimpin yang memimpin dengan kerendahan hati, mulia perjuangannya
Ilmu 2, Kesederhanaan
Barangkali diantara semua presiden Indonesia, hanya Gus Dur yang berani mengubah gaya formal dan kekakuan Istana Negara menjadi “istana rakyat”. Wartawan maupun masyarakat mendapatkan akses mudah, hubungan mencair dan penuh goyonan. Sandal jepit, sarung ataukah yang selama ini “diharamkan “ di Istana Negara tidak menjadi persoalan. Nuansa kesederhanaan semasa di pesantren seakan pindah ke Istana Negara. Gaya berpakaian Gus Dur tidak seelok dan perlente Soekarno. Cukup kopiah dan pakaian sederhana. Kita semua masih ingat, ketika Gus Dur digulingkan kekuasaannya sec ara inkonstitusional oleh DPR-RI tahun 2001, Gus Dur meninggalkan Istana Negara hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sandal. Inilah gaya kepemimpinan Gus Dur, sederhana namun bersahaja dan bijaksana.
Memimpin dalam kesederhanaan adalah hal biasa namun kaya makna
Ilmu 3, Humanis
Tidak banyak pemimpin di dunia ini yang menerapkan prinsip humanis daripada otoriter dan kepintaran. Gus Dur adalah seorang pemimpin yang menerapkan prinsip humanis dalam gaya memimpinnya. KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU mengatakan, “Humanisme Gus Dur berangkat dari nilai-nilai Islam yang paling dalam. Tetapi, humanismenya itu melintasi agama, etnis, teritorial dan negara.” Tidak mengherankan jika Gus Dur mendapatkan banyak penghargaan dalam bidang perdamaian seperti, Doktor Honoris Causa Bidang Perdamaian dari Soka University, Jepang (2003), Global Tolerance Award dari Friends of the United Nations, New York (2003) dan World Peace Prize Award dari World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan (2003). Dengan gayanya yang humanis, Gus Dur tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat . Gus Dur berbicara di Masjid, Gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya, bukan atas nama agama, tetapi atas dasar prinsip kemanusiaan , bahwa manusia diciptakan untuk saling menghargai dan melindungi satu dengan yang lainnya. Inilah karakter pemimpin Indonesia yang saat ini sangat dibutuhkan,pendekatan secara humanis kepada rakyatnya bukan kekuasaan semata.
Yang dipimpin adalah manusia maka selayaknya pemimpin juga mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan
Ilmu 4, Humoris
Inilah gaya kepemimpinan Gus Dur yang sangat khas, humoris dan penuh guyonan-guyonan segar. Dengan pendekatan yang humoris inilah seakan tidak ada jarak antara lawan atau kawan. Guyonan-guyonan Gus Dur memecah kebuntuan dalam setiap persoalan. Namun yang perlu diingat, guyonan dan sikap humoris Gus Dur sarat makna dan mengandung nilai-nilai kritik serta edukatif. Mungkin inilah cara Gus Dur menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk guyonan-guyonannya. Ucapan Gus Dur, “gitu aja kok repot,” menjadi karakteristik tersendiri. Dalam suatu pertemuan dengan Fidel Castro, presiden Cuba, Gus Dur mengatakan bahwa Indonesia mempunyai empat presiden yang semuanya “gila”. Presiden pertama (Soekarno), gila perempuan; Presiden kedua (Soeharto), gila harta; Presiden ketiga (Habibie), gila teknologi; dan Presiden keempat (Gus Dur) membuat orang jadi gila. Mendengar penjelasan Gus Dur, Fidel Castro tertawa terbahak-bahak. Dalam kesempatan lain, Gus Dur sering mengatakan, Indonesia telah mempunyai empat orang presiden yang mempunyai kelebihan tersendiri. Soekarno adalah Negarawan, Soeharto adalah Hartawan, Habibie adalah ilmuwan dan Gus Dur adalah wisatawan. Maksudnya wisatawan karena Gus Dur meskipun dalam jangka waktu relatif singkat menjadi presiden namun dapat mengunjungi banyak negara untuk tugas-tugas diplomasi kenegaraan. Suatu ketika, Gus Dur pernah mengeluarkan “joke” segar namun penuh kritik, bahwa di Indonesia hanya terdapat tiga polisi yang jujur. Pertama, (alm) Jenderal Hugeng, kedua, polisi tidur, ketiga, patung polisi. Inilah yang harus diteladani jika mau menjadi pemimpin seperti Gus Dur. Humanis yang humoris.
Memimpin dengan humoris bagaikan setitik embun di padang gersang
Ilmu 5, Visioner
Seni memimpin a la Gus Dur adalah visioner dan berani melakukan terobosan. Mungkin sebagian orang mengatakan kebijakan dan keputusan Gus Dur kadangkala “gila” dan kontroversial. Namun inilah kelebihan Gus Dur, apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan dan ia sudah memperhitungkan untuk jangka panjang, bukan saat itu. Terobosan-terobosan oleh Gus Dur mengandung nilai kostrukstif, demokrasi, penegakkan hak asasi manusia dan perdamaian. Di era Gus Dur, ia berhasil memisahkan Kepolisian daari ABRI (sekarang TNI). Pada tanggal 26 Oktober 1999, ia membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan yang selama masa Orde Baru menjadi kekuatan Soeharto. Tanggal 17 Januari 2000, menerbitkan Keppres No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China. Inilah cikal bakal hari raya Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional. Selanjutnya pada tanggal 14 Maret 2000, mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1996 tentang pelarangan penyebaran marxisme, komunisme dan leninisme. Pemimpin sekarang harus belajar dari visioner gaya Gus Dur, keputusan yang diambil bukan karena kepentingan elit politik, pribadi ataukah kekuasaan semata. Apa yang Gus Dur lakukan untuk kemajuan bangsa.
Baginya, keturunan Tionghoa adalah warga negara yang mempunyai hak sama serta banyak mengambil peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mantan tahanan politik adalah manusia yang berhak memperoleh hak hidup layaknya manusia biasa, tidak lagi didiskriminasikan. Untuk kaum minoritas inilah, Gus Dur berani melakukan terobosan dan pemikiran yang jauh kedepan dalam bingkai kesatuan negara Indonesia.
Pemimpin harus mempunyai visi kedepan yang dapat dipertanggungjawabkan tentang apa yang dipimpinnya
Ilmu 6, Sabar dan Memaafkan
Dalam era kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden Indonesia, entah sudah berapa banyak cacian, fitnah, teror dan sebagainya. Namun sepanjang kepemimpinannya itulah Gus Dur tetap memperlihatkan kesabaran dan jiwa pemaafnya. Seperti guyonannya, “gitu aja kok repot.” Ketika group lawak “Bagito Group” mempelesetkan gaya yang melecehkan Gus Dur, malah Gus Dur membuka pintu maaf untuk mereka. Gus Dur sering difitnahkan telah murtad, dibaptis di Gereja karena kedekatannya dengan kaum non-muslim. Selain itu, ia diisukan pula sebagai agen Zionis Israel karena idenya membuka hubungan diplomatik dengan Israel serta turut mengambil bagian dalam Yayasan Simon Perez. Penganut paham sekularisme barat, tidak berpihak kepada kaum Muslim dan dianggap melecehkan Al-Qur’an. Menghadapi semua tuduhan dan fitnah itu, Gus Dur menjawab dengan “nyeleneh”, gaya khasnya, “Buang-buang energi saja.” Sampai Gus Dur balik kepada sang Khalik, kita semua tidak pernah menemukan semua tuduhan-tuduhan itu. Memang kesabaran dan jiwa pemaaf Gus Dur dengan sendirinya melenyapkan fitnahan dan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Seorang pemimpin harus mempunyai dua hati, yang satunya sabar dan yang satunya lagi memaafkan
B. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN GUSDUR
Abdurrrahman Wahid atau yang sering disebut Gus Dur adalah sosok pemimpin yang sangat akrab di telinga kita. Mantan Presiden ke-4 RI ini bahkan sudah dikenal di seluruh dunia. Sepak terjang dan gagasan-gagasannya yang kotroversial menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang memperbincangkannya. Ibarat telaga yang tak pernah kering untuk ditimba.
Selain dikenal sebagai aktivis prodemokrasi, perjuangan dan pembelaannya kepada kaum minoritas benar-benar mendapat apresiasi yang positif dari banyak kalangan, termasuk dunia internasional meskipun sebenarnya juga tidak sedikit yang tidak suka. Lebih dari itu, ketokohan dan kepemimpinan Gus Dur dalam mempelopori dialog antar umat beragama, mendapat respond an apresiaai yang luar biasa dari masyarakat internasional. Ini terbukti dengan diterimanya penghargaan Global tolerance Award oleh Gus Dur dalam peringatan Hari Hak Asasi Manusia Internasional tanggal 10 Desember 2003 di markas PBB New York.
Pada sisi lain, proses terpilihnya Presiden Abdurrahman wachid bisa dikatakan unik padahal, partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai pendukungnya hanya memiliki 10 % kursi di DPR, sementara partai Golkar dan PDI Perjuangan yang memiliki jumlah suara lebih besar gagal memperoleh kursi presiden. Pembahasan dan terhadap kepemimpinan ala Gus Dur ini dimaksudkan sebagai upaya dan sarana berlatih melakukan analisis kepemimpinan. Di samping itu, pembahasan ini juga bertujuan memperoleh bahan diskusi dan informasi yang jelas tentang tentang gaya kepemimpinan Gus Dur. Lebih spesifik lagi gaya kepemimpinan Gus Dur saat menjadi presiden RI serta kelebihan dan kekurangannya?
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan demokratis. Dipercaya bahwa tidak ada satupun pendapat yang lebih baik dari yang lain, sampai suatu pendapat itu terbukti dapat terlaksana dengan lebih baik dari yang lain. Namun demikian, dalam demokrasi kita mengenal prinsip siapa saja yang akan terkena suatu kewajiban, mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam membuatnya. Jadi claim bahwa suatu golongan lebih berhak bersuara tentang penyelenggaraan sistem persekolahan, adalah tidak sesuai dengan prinsip demokrasi. Masih lagi, apapun pendapat yang siterima, masih perlu diuji dalam praktik; kita tidak akan mempertahankan pendapat yang ternyata gagal dalam praktik.
Dalam praktik demokrasi di Indonesia khususnya, adalah wajar jika pemimpin untuk mendelegasikan pekerjaan atau tugas-tugas tertentu. Dalam hal ini pimpinan diharap dapat bertanggung jawab dan sekaligus kompeten. Pimpinan dalam melakukan tugasnya, tidak perlu mencari nasihat dari orang lain dalam pembuatan keputusan (kecuali hal itu memang telah ditentukan sebelumnya oleh aturan yang ada). Tidak perlu mencari nasihat mungkin dapat menimbulkan kesan adanya kepemimpinan yang tidak bijaksana, tapi kepemimpinan yang demikian itu sendiri tidak perlu berarti tidak demikratis, tidak ada konflik disini dengan kewajiban pimpinan menghargai hak-hak demokrasi yang bersifat pribadi dari orang lain; partisipasi dalam pembuatan keputusan bukanlah suatu hak pribadi, melainkan hak yang terkait dengan kedudukan seseorang. Contohnya, Presiden RI tidak perlu berkonsultasi dengan tiap warganegara untuk menyatakan negara dalam keadaan bahaya, tapi menyatakan keadaan bahaya tersebut atas dasar aturan yang telah ada (yang mungkin telah dibuat oleh wakil-wakil dari pada warganegara tersebut secara demokratis)
Sementara itu tiap orang memiliki hak asasi atau pribadi yang dijamin dengan Undang-Undang Dasar. Seorang pemimpin yang demokratis tidak akan melanggar hak-hak tersebut; jika sampai ia melanggarnya, maka ia akan dipaksa untuk memperbaiki cara-cara yang telah tidak sesuai itu, atau ia akan mendapati dirinya didepak dari posisi kepemimpinannya. Apabila hak-hak pribadi itu tidak dipersoalkan, maka kriterianya adalah adanya pemerintahan atas dasar perwakilan. Prinsipnya sama, yaitu kelompok yang mengawasi adalah kelompok yang terkena akibat, tetapi mekanismenya saja yang berbeda. Bila suatu kelompok secara bebas/demokratis mendelegasikan hak mengontrolnya kepada seorang representatif, maka representatif itu sesungguhnya adalah kelompok yang ia wakili itu sendiri. Keunikan-keunikan Gus Dur sebagai seorang pemimpin terlihat sebagai berikut.
Pertama, Gus Dur memiliki wacana religio-kultural yang dalam dan kuat dalam banyak hal yang tidak tampak (intangible) tetapi mendasari semua tindakannya dalam mengimplementasikan peran-perannya (tangible). Hal ini disebabkan Gus Dur menguasai nilai-nilai agama dan budaya lokal, filosofis dan dasar-dasar ideologis. Pemanfaatan terhadap dasar-dasar ideologis atau (ideologically based) dan sistem keyakinan yang memicu secara positif (positive beliefs system) dapat memunculkan dukungan masyarakat dan terelemenasinya konflik budaya dan keagamaan.
Disamping itu, Gus Dur juga memiliki kharisma/daya tarik yang luar biasa sehingga mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Yang menarik, para pengikut Gus Dur kadang tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan penlaku serta gaya Gus Dur. Bisa saja kharismatik Gus Dur ini menggunakan gaya yang otokratik atau diktatorial, namun para pengikutnya tetap setia kepadanya. Contohnya adalah pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang secara struktural terpisah dari NU, namun secara kultural para pengikut cenderung mengikuti kemanapun Gus Dur melangkah. Padahal notabene pengikut PKB adalah pengikut NU dan simpatisan Gus Dur. Lebih lanjut dampak dari kepemimpinan Gus Dur tipe ini mengakibatkan PKB terpecah menjadi dua kubu, namun sekali lagi Gus Dur tampil sebagai penyelamat PKB yang sekarang ini dinahkodai Muhaimin Iskandar.
Ketiga, Gus Dur secara inspirasional menunjukan kualitas personal yang mempesona (attractiveness personal) yang dicirikan dengan sifat proaktif, kolaboratif, humanis, berjiwa avant-garde yang kesemuanya diorientasikan pada konsep keteladanan (al-uswat al-hasanah). Artikulasi Jawa tentang Gus Dur sebagai pemahaman “digugu lan ditiru” menjadi faktor determinan bagi tampilnya peran kepemimpinan yang membangkitkan semangat dan menjadi inspirasi (Inspirational leadership). Setidak-tidaknya seorang pemimpin yang inspiratif senantiasa memiliki gagasan-gagasan brilian, kreatif, inovatif yang mampu mencari jalan keluar bagi semua permasalahan bangsa.
Dalam banyak kasus, gaya kepemimpinan Gus Dur cenderung nyleneh. Di tengah-tengah orang mensakralkan lembaga kepresidenan, Gus Dur malah sebaliknva. Istana Presiden yang semula terkesan tertutup dan formal, diubahnya menjadi “istana rakyat” dengan mengadakan open house bagi semua masyarakat, tidak peduli rakyat atau pejabat.
Dalam pandangan demokrasi tindakan semacam ini adalah positif dalam arti memperlakukan rakyat sama martabat dan derajatnya. Siapapun yang bernama rakyat pantas dan berhak “menikmati” istana kepresidenan.
Pada penstiwa lain, Gus Dur merupakan seorang pemimpin yang berani mengambil keputusan, salah satunya ketika ia berani mengangkat Khoflfah Indar Parawansa (yang relatif dianggap masih “ijo” dan tak ada apa-apanya”) sebagai menteri. Langkah Gus Dur ini merupakan bentuk terobosan eksperimentatif, namun justru paling relevan. Gus Dur mencoba menampilkan kader-kader muda yang boleh dikatakan amat minim terpengaruh “Sekolah Orde Baru” (Tjahyono, 2002)
Gayanya yang lain adalah suka melemparkan gagasan yang sangat kontroversral.Misalnya ide membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kontan saja ide tersebut mendapat reaksi keras dari lawan-lawan politiknya. Sebab dalam pandangan banyak orang, terutama kalangan islam garis keras, Israel adalah bangsa merampas tanah Palestina. Juga langkahnya memberhentikan para menteri dari partai yang telah mengantarkanya menjadi Presiden adalah kontrovesial ucapannya, termasuk ancaman Dekrit presiden dan beberapa daerah akan memerdekakan diri bila MPR menggelar Sidang Istimewa menuntut pertanggungjawaban beliau. Ada kesan Gus Dur memaksakan kehendak sehingga popularitas Gus Dur saat itu semakin merosot yang akhirnya diberhentikan menjadi presiden melalui sidang istimewa MPR.( “lndonesia Sepanjang Tahun 2001” Kompas) Meskipun demikian, daya tarik kharismanya tidak pudar. Terutama kalangan warga nahdliyin, mereka tetap menghormati dan mengakui kepemimpinannya.
Setidaknya uraian di atas memberikan infbrmasi kepada kita tentang bagaimana tipe ataupun gaya kepemlmpinan Gus Dur tidak monolitik. Tetapi, bervariasi sangat situasional. Suatu ketika beliau cenderung dcmokratis, pada saat yang lain beliau bisa ccnderung otokratik bahkan bisa sangat kharismatik.
Dengan demikian, kelebihan dari gaya kepemimpinan Gus Dur adalah konsistensinya pada perjuangan membela hak-hak kaum minoritas dan demokrasi dan penghargaannya yang tinggi terhadap perbedaan Sikap kontroverialnya justru bisa dijadikan pelajaran berharga dalam Mendewasakan anak bangsa untuk tidak gampang kaget dengan sesuatu yang berbeda. Kekurangan gaya kepemimpinan ala Gus Dur bisa menimbulkan krisis kewibawaan seorang pemimpin karena ada kesan otoriter dan pernimpin tidak bekerja dengan standar- standar norma yang .jelas. Keunikannya (baca: nyeleneh) dalam menentang arus pada umumnya: ancaman disintegrasi P. Madura) memberi kesan pemimpin tidak bisa mengendalikan diri dengan baik. Gaya kepemimpinan seseorang tidak bersifat “fixed”. Artinya, gaya kepemimpinan seseorang bisa berubah dari tipe dasarnya bila situasi menuntutnya demikian, meskipun perubahan itu kadang bersifat sementara. Gaya kepemimpinan Gus Dur diwarnai oleh gaya dan tipe khansmatik, demoktaris, dan pada situasi tertentu bergaya otokratis.
BAB III
KESIMPULAN
K.H Abdurrahman Wahid atau biasa di sapa Gus Dur telah meninggalkan kita semua menuju Sang Khalik pada hari Rabu, 30 Desember 2009, pukul 18.45 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Meninggalnya Gus Dur menjadi kesedihan dan kehilangan besar Indonesia akan sosok Guru Bangsa yang gigih memperjuangkan kebebasan dan demokrasi hingga akhir hayatnya. Kepopuleran dan ketokohan seorang Gus Dur bukan hanya untuk kalangan Muslim, tetapi menembus batas perbedaan suku, agama dan golongan apapun. Oleh sebab itu, tak heran Gus Dur sangat dicintai semua orang. Indonesia dan dunia Internasional pun kehilangan. Gus Dur pergi disaat Indonesia masih membutuhkan pemikiran-pemikirannya akan tegaknya demokratisasi, pluralisme dan hak asasi manusia. Namun, ternyata Tuhan lebih mencintai Gus Dur dibandingkan kita. Tuhan telah menyiapkan rencana indah bagi Gus Dur dan menjadi misteri bagi kita umat manusia, kapan kematian akan datang.
Sosok Gus Dur adalah gambaran figur seorang ulama, cendekiawan muslim, intelektual liberal yang sekaligus sosialis, serta pejuang demokrasi. Pada saat yang sama Gus Dur juga sosok pemimpin kharismatik namum demokratis serta ambivalen namun transformatif. Beliau adalah sosok pimpinan yang sangat kharismatik bagi lebih dari 53 juta warga nahdliyyin, pada saat yang sama ia mampu mentransformasikan mereka terbebas dari kungkungan tradisionalisme-feudalistik menuju menuju masyarakat yang progresif dan demokratis. Ketika umat Muslim di dunia dicap sebagai kelompok ekstrimis oleh barat, Gus Dur mampu mengetengahkan Indonesia dengan penduduk lebih dari 220 juta jiwa salah satu negara Muslim terbesar di dunia yang dianggap toleran, pluralis dan cinta damai. Pada saat yang sama, beliau juga mampu mengajarkan kepada para pengikutnya mengenai cara menghadapi modernisasi ala barat melalui kombinasi nilai-nilai baru serta nilai-nilai lokal untuk membangun solidaritas baru. Dalam kepemimpinan, beliau selalu mensinergikan dua hal, yaitu nilai tradisional (yang biasanya dipertahankan oleh kaum tua) dengan nilai-nilai modern (yang biasanya didukung oleh kaum muda), sinergis ungkapan umum dala fiqih NU: “Mempertahankan nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.”
Terakhir, Gus Dur adalah sosok yang gigih dalam membela dan memperjuangkan demokrasi, humanisme dan anti kekerasan. Gus Dur bekerja menjaga kebebasan manusia dengan melindungi kaum minoritas dan berbicara untuk yang tertindas. Gus Dur Mendorong kaum perempuan untuk bertindak, membela kaum lemah dan berjuang untuk perdamaian. Beliau membangun identitas nasional dengan menjalin solidaritas di antara berbagai golongan yang berbeda.
Selamat jalan Gus Dur, kami akan selalu mengenangmu dan mengikuti jejak teladanmu.
DAFTAR PUSTAKA
http.wikipedia.com/gusdur
http.kompas.com/ Gusdurologi , Ilmu Kepemimpinan ala Gus Dur (1)/
http.islamib.com/mencari pengganti gusdur
http.mattono.blogspot.com/tipologi kepemimpinan gusdur/
No comments:
Post a Comment
Simpan komentar anda di sini?