KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
DALAM KONSEP TEORI KEPEMIMPINAN
A. Pengantar Teori Kepimpinan
Pencapaian tujuan suatu organisasi tidak dapat lepas dari peran seorang pemimpin dalam mengatur bawahannya. Karena pada dasarnya kepemimpinan itu adalah bagaimana “menggunakan” orang lain secara efektif untuk dapat mencapai sasaran atau tujuan.
Kepemimpinan adalah suatu seni. Mengapa kepemimpinan itu dikatakan sebagai seni? Karena dalam kepemimpinan ada kreativitas (kemampuan mencipta) individu dalam mengatur orang lain. Walaupun kepemimpinan dapat diajarkan di dalam lembaga-lembaga pendidikan formal tetapi tidak banyak pemimpin yang lahir karena sekolah saja. Kebanyakan pemimpin besar karena pengalaman dan penemuan dengan pribadinya sendiri dan orang lain dalam menggeluti tugasnya sehari-hari.Dalam pergulatannya sebagai pemimpin itulah, seorang pemimpin menemukan gayanya dalam memimpin (style of leadership).
Ada pemimpin yang memilih gaya dictator karena bawahannya banyak yang bandel. Ada yang lebih suka demokratis karena bawahannya sudah menyadari tujuan bersama dari organisasinya sehingga lebih mudah untuk mengarahkannya. Karena banyak terbentur dengan pengalaman itulah maka pemimpin akan semakin tahu gaya-gaya apa yang akan dia pakai dalam memimpin. Seorang ahli manajemen yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling bagus sebenarnya amat situasional artinya gaya kepemimpinan yang sifatnya tidak mutlak atau dapat diterapkan kapan saja. Maka pertanyaan yang relevan untuk diajukan adalah kapan sebaiknya menjadi pemimpin yang demokratis dan kapan menjadi sang diktator?
B. Gaya Kepeminpinan Situsional (Situational Leadership)
Kepemimpinan Situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara;
1. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas)
2. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (prilaku hubungan)
3. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan).
Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan Situasional, perlu bagi kita mempertemukan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah:
1. Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu.
2. Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.
Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas antara level kematangan orang-orang dan atau kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational memAndang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan juga tidak akan ada tanpa pemimpin. Kedua komponen dalam organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan.
Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba melepar idenya tentang kepemimpinan situasional yang sangat praktis untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu masih banyak teori kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan Blanchard, orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup hanya pintar dari segi kognitif saja tetapi lebih dari itu juga harus matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun kemauan/kesediaannya.Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan dapat memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman sekarang banyak pemimpin yang suka main kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan itupun karena ada motif tertentu seperti nepotisme
C. Contoh Kepemimpinan MAHMOUD AHMADINEJAD (Presiden Iran)
Ahmadinejad merupakan pemimpin yang sangat sederhana dan sangat cerdas dalam mengkondisikan pemerintahannya. Pernah suatu ketika ia diwawancarai TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya. “Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?” Ia menjawab “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: “Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran”. Sungguh pemimpin yang sangat rendah hati.
Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan, Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid-mesjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
Mahmoud Ahmadinejad mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.
Di banyak kesempatan Mahmoud Ahmadinejad bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.
Di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad, saat ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya dan menteri-menteri tersebut akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan-arahan darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri-menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri-menteri tersebut berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
Hal lain yang diubahnya adalah kebijakan tentang Pesawat Terbang Kepresidenan, Mahmoud Ahmadinejad mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat sedangkan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.
Mahmoud Ahmadinejad kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal seperti itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.
Saat harus menginap di hotel, Mahmoud Ahmadinejad meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena Mahmoud Ahmadinejad tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Seorang Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal-pengawalnya yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Andai saja Indonesia memiliki pemimpin-pemimpin seperti beliau, tidak hanya Presiden, tapi juga semua perangkat pemerintahan, maka Indonesia pasti sudah menjadi negara yang maju. Mari kita berharap agar pemimpin kita bisa belajar dari beliau.
mahmoud ahmadinejad memang soerang prediden yang memiliki talenta tinggi dan dapat dijadikan sebagai contoh untuk presiden-presiden lain.yang mana tugas utama seorang presiden bukan hanya sebagai pemimpin negara tetapi juga sebagai kiblat yang dapat membimbing dan membawa rakyatnya ke arah yang sesuai dengan koridornya.
ReplyDelete